Friday, July 17, 2009

Sejarah sembilan Wali

Sejarah Sembilan Wali


"Walisongo" berarti sembilan orang wali. Mereka adalah Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Dradjad, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, serta Sunan Gunung Jati. Mereka tidak hidup pada saat yang persis bersamaan. Namun satu sama lain mempunyai keterkaitan erat, bila tidak dalam ikatan darah juga dalam hubungan guru-murid

Maulana Malik Ibrahim yang tertua. Sunan Ampel anak Maulana Malik Ibrahim. Sunan Giri adalah keponakan Maulana Malik Ibrahim yang berarti juga sepupu Sunan Ampel. Sunan Bonang dan Sunan Drajad adalah anak Sunan Ampel. Sunan Kalijaga merupakan sahabat sekaligus murid Sunan Bonang. Sunan Muria anak Sunan Kalijaga. Sunan Kudus murid Sunan Kalijaga. Sunan Gunung Jati adalah sahabat para Sunan lain, kecuali Maulana Malik Ibrahim yang lebih dahulu meninggal.

Mereka tinggal di pantai utara Jawa dari awal abad 15 hingga pertengahan abad 16, di tiga wilayah penting. Yakni Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, serta Cirebon di Jawa Barat. Mereka adalah para intelektual yang menjadi pembaharu masyarakat pada masanya. Mereka mengenalkan berbagai bentuk peradaban baru: mulai dari kesehatan, bercocok tanam, niaga, kebudayaan dan kesenian, kemasyarakatan hingga pemerintahan.

Pesantren Ampel Denta dan Giri adalah dua institusi pendidikan paling penting di masa itu. Dari Giri, peradaban Islam berkembang ke seluruh wilayah timur Nusantara. Sunan Giri dan Sunan Gunung Jati bukan hanya ulama, namun juga pemimpin pemerintahan. Sunan Giri, Bonang, Kalijaga, dan Kudus adalah kreator karya seni yang pengaruhnya masih terasa hingga sekarang. Sedangkan Sunan Muria adalah pendamping sejati kaum jelata.

Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia. Khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat "sembilan wali" ini lebih banyak disebut dibanding yang lain.

Masing-masing tokoh tersebut mempunyai perananan yang unik dalam penyebaran Islam. Mulai dari Maulana Malik Ibrahim yang menempatkan diri sebagai "tabib" bagi Kerajaan Hindu Majapahit; Sunan Giri yang disebut para kolonialis sebagai "paus dari Timur" hingga Sunan Kalijaga yang mencipta karya kesenian dengan menggunakan nuansa yang dapat dipahami masyarakat Jawa -yakni nuansa Hindu dan Budha.





Maulana Malik Ibrahim (1)
Pesantren.net : Maulana Malik Ibrahim, atau Makdum Ibrahim As-Samarkandy diperkirakan lahir di Samarkand, Asia Tengah, pada paruh awal abad 14. Babad Tanah Jawi versi Meinsma menyebutnya Asmarakandi, mengikuti pengucapan lidah Jawa terhadap As-Samarkandy, berubah menjadi Asmarakandi

Maulana Malik Ibrahim kadang juga disebut sebagai Syekh Magribi. Sebagian rakyat malah menyebutnya Kakek Bantal. Ia bersaudara dengan Maulana Ishak, ulama terkenal di Samudra Pasai, sekaligus ayah dari Sunan Giri (Raden Paku). Ibrahim dan Ishak adalah anak dari seorang ulama Persia, bernama Maulana Jamadil Kubro, yang menetap di Samarkand. Maulana Jamadil Kubro diyakini sebagai keturunan ke-10 dari Syayidina Husein, cucu Nabi Muhammad saw.

Maulana Malik Ibrahim pernah bermukim di Campa, sekarang Kamboja, selama tiga belas tahun sejak tahun 1379. Ia malah menikahi putri raja, yang memberinya dua putra. Mereka adalah Raden Rahmat (dikenal dengan Sunan Ampel) dan Sayid Ali Murtadha alias Raden Santri. Merasa cukup menjalankan misi dakwah di negeri itu, tahun 1392 M Maulana Malik Ibrahim hijrah ke Pulau Jawa meninggalkan keluarganya.

Beberapa versi menyatakan bahwa kedatangannya disertai beberapa orang. Daerah yang ditujunya pertama kali yakni desa Sembalo, daerah yang masih berada dalam wilayah kekuasaan Majapahit. Desa Sembalo sekarang, adalah daerah Leran kecamatan Manyar, 9 kilometer utara kota Gresik.

Aktivitas pertama yang dilakukannya ketika itu adalah berdagang dengan cara membuka warung. Warung itu menyediakan kebutuhan pokok dengan harga murah. Selain itu secara khusus Malik Ibrahim juga menyediakan diri untuk mengobati masyarakat secara gratis. Sebagai tabib, kabarnya, ia pernah diundang untuk mengobati istri raja yang berasal dari Campa. Besar kemungkinan permaisuri tersebut masih kerabat istrinya.

Kakek Bantal juga mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam. Ia merangkul masyarakat bawah -kasta yang disisihkan dalam Hindu. Maka sempurnalah misi pertamanya, yaitu mencari tempat di hati masyarakat sekitar yang ketika itu tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Selesai membangun dan menata pondokan tempat belajar agama di Leran, tahun 1419 M Maulana Malik Ibrahim wafat. Makamnya kini terdapat di kampung Gapura, Gresik, Jawa Timur.n








Sunan Ampel (2)
Pesantren.net : Ia putera tertua Maulana Malik Ibrahim. Menurut Babad Tanah Jawi dan Silsilah Sunan Kudus, di masa kecilnya ia dikenal dengan nama Raden Rahmat. Ia lahir di Campa pada 1401 Masehi. Nama Ampel sendiri, diidentikkan dengan nama tempat dimana ia lama bermukim. Di daerah Ampel atau Ampel Denta, wilayah yang kini menjadi bagian dari Surabaya (kota Wonokromo sekarang)

Beberapa versi menyatakan bahwa Sunan Ampel masuk ke pulau Jawa pada tahun 1443 M bersama Sayid Ali Murtadho, sang adik. Tahun 1440, sebelum ke Jawa, mereka singgah dulu di Palembang. Setelah tiga tahun di Palembang, kemudian ia melabuh ke daerah Gresik. Dilanjutkan pergi ke Majapahit menemui bibinya, seorang putri dari Campa, bernama Dwarawati, yang dipersunting salah seorang raja Majapahit beragama Hindu bergelar Prabu Sri Kertawijaya.

Sunan Ampel menikah dengan putri seorang adipati di Tuban. Dari perkawinannya itu ia dikaruniai beberapa putera dan puteri. Diantaranya yang menjadi penerusnya adalah Sunan Bonang dan Sunan Drajat. Ketika Kesultanan Demak (25 kilometer arah selatan kota Kudus) hendak didirikan, Sunan Ampel turut membidani lahirnya kerajaan Islam pertama di Jawa itu. Ia pula yang menunjuk muridnya Raden Patah, putra dari Prabu Brawijaya V raja Majapahit, untuk menjadi Sultan Demak tahun 1475 M.

Di Ampel Denta yang berawa-rawa, daerah yang dihadiahkan Raja Majapahit, ia membangun mengembangkan pondok pesantren. Mula-mula ia merangkul masyarakat sekitarnya. Pada pertengahan Abad 15, pesantren tersebut menjadi sentra pendidikan yang sangat berpengaruh di wilayah Nusantara bahkan mancanegara. Di antara para santrinya adalah Sunan Giri dan Raden Patah. Para santri tersebut kemudian disebarnya untuk berdakwah ke berbagai pelosok Jawa dan Madura.

Sunan Ampel menganut fikih mahzab Hanafi. Namun, pada para santrinya, ia hanya memberikan pengajaran sederhana yang menekankan pada penanaman akidah dan ibadah. Dia-lah yang mengenalkan istilah "Mo Limo" (moh main, moh ngombe, moh maling, moh madat, moh madon). Yakni seruan untuk "tidak berjudi, tidak minum minuman keras, tidak mencuri, tidak menggunakan dadah, dan tidak berzina."

Sunan Ampel diperkirakan wafat pada tahun 1481 M di Demak dan dimakamkan di sebelah barat Masjid Ampel, Surabaya.n








Sunan Giri (3)
Pesantren.net : Ia memiliki nama kecil Raden Paku, alias Muhammad Ainul Yakin. Sunan Giri lahir di Blambangan (kini Banyuwangi) pada 1442 M. Ada juga yang menyebutnya Jaka Samudra. Sebuah nama yang dikaitkan dengan masa kecilnya yang pernah dibuang oleh keluarga ibunya--seorang putri raja Blambangan bernama Dewi Sekardadu ke laut. Raden Paku kemudian dipungut anak oleh Nyai Semboja (Babad Tanah Jawi versi Meinsma).

Ayahnya adalah Maulana Ishak. saudara sekandung Maulana Malik Ibrahim. Maulana Ishak berhasil meng-Islamkan isterinya, tapi gagal mengislamkan sang mertua. Oleh karena itulah ia meninggalkan keluarga isterinya berkelana hingga ke Samudra Pasai.

Sunan Giri kecil menuntut ilmu di pesantren misannya, Sunan Ampel, tempat dimana Raden Patah juga belajar. Ia sempat berkelana ke Malaka dan Pasai. Setelah merasa cukup ilmu, ia membuka pesantren di daerah perbukitan Desa Sidomukti, Selatan Gresik. Dalam bahasa Jawa, bukit adalah "giri". Maka ia dijuluki Sunan Giri.

Pesantrennya tak hanya dipergunakan sebagai tempat pendidikan dalam arti sempit, namun juga sebagai pusat pengembangan masyarakat. Raja Majapahit -konon karena khawatir Sunan Giri mencetuskan pemberontakan- memberi keleluasaan padanya untuk mengatur pemerintahan. Maka pesantren itupun berkembang menjadi salah satu pusat kekuasaan yang disebut Giri Kedaton. Sebagai pemimpin pemerintahan, Sunan Giri juga disebut sebagai Prabu Satmata.

Giri Kedaton tumbuh menjadi pusat politik yang penting di Jawa, waktu itu. Ketika Raden Patah melepaskan diri dari Majapahit, Sunan Giri malah bertindak sebagai penasihat dan panglima militer Kesultanan Demak. Hal tersebut tercatat dalam Bab Demak. Selanjutnya, Demak tak lepas dari pengaruh Sunan Giri. Ia diakui juga sebagai mufti, pemimpin tertinggi keagamaan, se-Tanah Jawa.

Giri Kedaton bertahan hingga 200 tahun. Salah seorang penerusnya, Pangeran Singosari, dikenal sebagai tokoh paling gigih menentang kolusi VOC dan Amangkurat II pada Abad 18.

Para santri pesantren Giri juga dikenal sebagai penyebar Islam yang gigih ke berbagai pulau, seperti Bawean, Kangean, Madura, Haruku, Ternate, hingga Nusa Tenggara. Penyebar Islam ke Sulawesi Selatan, Datuk Ribandang dan dua sahabatnya, adalah murid Sunan Giri yang berasal dari Minangkabau.

Dalam keagamaan, ia dikenal karena pengetahuannya yang luas dalam ilmu fikih. Orang-orang pun menyebutnya sebagai Sultan Abdul Fakih. Ia juga pecipta karya seni yang luar biasa. Permainan anak seperti Jelungan, Jamuran, lir-ilir dan cublak suweng disebut sebagai kreasi Sunan Giri. Demikian pula Gending Asmaradana dan Pucung -lagi bernuansa Jawa namun syarat dengan ajaran Islam.








Sunan Bonang (4)
Pesantren.net : Ia anak Sunan Ampel, yang berarti juga cucu Maulana Malik Ibrahim. Nama kecilnya adalah Raden Makdum Ibrahim. Lahir diperkirakan 1465 M dari seorang perempuan bernama Nyi Ageng Manila, puteri seorang adipati di Tuban

Sunan Kudus banyak berguru pada Sunan Kalijaga. Kemudian ia berkelana ke berbagai daerah tandus di Jawa Tengah seperti Sragen, Simo hingga Gunung Kidul. Cara berdakwahnya pun meniru pendekatan Sunan Kalijaga: sangat toleran pada budaya setempat. Cara penyampaiannya bahkan lebih halus. Itu sebabnya para wali --yang kesulitan mencari pendakwah ke Kudus yang majoritas masyarakatnya pemeluk teguh-menunjuknya.

Cara Sunan Kudus mendekati masyarakat Kudus adalah dengan memanfaatkan simbol-simbol Hindu dan Budha. Hal itu terlihat dari arsitektur masjid Kudus. Bentuk menara, gerbang dan pancuran/padasan wudhu yang melambangkan delapan jalan Budha. Sebuah wujud kompromi yang dilakukan Sunan Kudus.

Suatu waktu, ia memancing masyarakat untuk pergi ke masjid mendengarkan tabligh-nya. Untuk itu, ia sengaja menambatkan sapinya yang diberi nama Kebo Gumarang di halaman masjid. Orang-orang Hindu yang mengagungkan sapi, menjadi simpati. Apalagi setelah mereka mendengar penjelasan Sunan Kudus tentang surat Al Baqarah

yang berarti "sapi betina". Sampai sekarang, sebagian masyarakat tradisional Kudus, masih menolak untuk menyembelih sapi.

Sunan Kudus juga menggubah cerita-cerita ketauhidan. Kisah tersebut disusunnya secara berseri, sehingga masyarakat tertarik untuk mengikuti kelanjutannya. Sebuah pendekatan yang tampaknya mengadopsi cerita 1001 malam dari masa kekhalifahan Abbasiyah. Dengan begitulah Sunan Kudus mengikat masyarakatnya.

Bukan hanya berdakwah seperti itu yang dilakukan Sunan Kudus. Sebagaimana ayahnya, ia juga pernah menjadi Panglima Perang Kesultanan Demak. Ia ikut bertempur saat Demak, di bawah kepemimpinan Sultan Prawata, bertempur melawan Adipati Jipang, Arya Penangsang.








Sunan Kalijaga (5)
Pesantren.net : Dialah "wali" yang namanya paling banyak disebut masyarakat Jawa. Ia lahir sekitar tahun 1450 Masehi. Ayahnya adalah Arya Wilatikta, Adipati Tuban -keturunan dari tokoh pemberontak Majapahit, Ronggolawe. Masa itu, Arya Wilatikta diperkirakan telah menganut Islam

Nama kecil Sunan Kalijaga adalah Raden Said. Ia juga memiliki sejumlah nama panggilan seperti Lokajaya,Syekh Malaya, Pangeran Tuban atau Raden Abdurrahman.Terdapat beragam versi menyangkut asal-usul nama Kalijaga yang disandangnya.

Masyarakat Cirebon berpendapat bahwa nama itu berasal dari dusun Kalijaga di Cirebon. Sunan Kalijaga memang pernah tinggal di Cirebon dan bersahabat erat dengan Sunan Gunung Jati. Kalangan Jawa mengaitkannya dengan kesukaan wali ini untuk berendam ('kungkum') di sungai (kali) atau "jaga kali". Namun ada yang menyebut istilah itu berasal dari bahasa Arab "qadli dzaqa" yang menunjuk statusnya sebagai "penghulu suci" kesultanan.

Masa hidup Sunan Kalijaga diperkirakan mencapai lebih dari 100 tahun. Dengan demikian ia mengalami masa akhir kekuasaan Majapahit (berakhir 1478), Kesultanan Demak, Kesultanan Cirebon dan Banten, bahkan juga Kerajaan Pajang yang lahir pada 1546 serta awal kehadiran Kerajaan Mataram dibawah pimpinan Panembahan Senopati. Ia ikut pula merancang pembangunan Masjid Agung Cirebon dan Masjid Agung Demak. Tiang "tatal" (pecahan kayu) yang merupakan salah satu dari tiang utama masjid adalah kreasi Sunan Kalijaga.

Dalam dakwah, ia punya pola yang sama dengan mentor sekaligus sahabat dekatnya, Sunan Bonang. Paham keagamaannya cenderung "sufistik berbasis salaf" -bukan sufi fantastik (pemujaan semata). Ia juga memilih kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah.

Ia sangat toleran pada budaya local. Ia berpendapat bahwa masyarakat akan menjauh jika diserang pendiriannya. Maka mereka harus didekati secara bertahap: mengikuti sambil mempengaruhi. Sunan Kalijaga berkeyakinan jika Islam sudah dipahami, dengan sendirinya kebiasaan lama hilang.

Maka ajaran Sunan Kalijaga terkesan sinkretis dalam mengenalkan Islam. Ia menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk sebagai sarana dakwah. Dialah pencipta Baju takwa, perayaan sekatenan, grebeg maulud, Layang Kalimasada, lakon wayang Petruk Jadi Raja. Lanskap pusat kota berupa Kraton, alun-alun dengan dua beringin serta masjid diyakini sebagai karya Sunan Kalijaga.

Metode dakwah tersebut sangat efektif. Sebagian besar adipati di Jawa memeluk Islam melalui Sunan Kalijaga. Di antaranya adalah Adipati Padanaran, Kartasura, Kebumen, Banyumas, serta Pajang (sekarang Kotagede - Yogya). Sunan Kalijaga

dimakamkan di Kadilangu -selatan Demak.n








Sunan Gunung Jati (6)
Pesantren.net : Banyak kisah tak masuk akal yang dikaitkan dengan Sunan Gunung Jati. Diantaranya adalah bahwa ia pernah mengalami perjalanan spiritual seperti Isra' Mi'raj, lalu bertemu Rasulullah SAW, bertemu Nabi Khidir, dan menerima wasiat Nabi Sulaeman. (Babad Cirebon Naskah Klayan hal.xxii).

Semua itu hanya mengisyaratkan kekaguman masyarakat masa itu pada Sunan Gunung Jati. Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah diperkirakan lahir sekitar tahun 1448 M. Ibunya adalah Nyai Rara Santang, putri dari raja Pajajaran Raden Manah Rarasa. Sedangkan ayahnya adalah Sultan Syarif Abdullah Maulana Huda, pembesar Mesir keturunan Bani Hasyim dari Palestina.

Syarif Hidayatullah mendalami ilmu agama sejak berusia 14 tahun dari para ulama Mesir. Ia sempat berkelana ke berbagai negara. Menyusul berdirinya Kesultanan Bintoro Demak, dan atas restu kalangan ulama lain, ia mendirikan Kasultanan Cirebon yang juga dikenal sebagai Kasultanan Pakungwati.

Dengan demikian, Sunan Gunung Jati adalah satu-satunya "wali songo" yang memimpin pemerintahan. Sunan Gunung Jati memanfaatkan pengaruhnya sebagai putra Raja Pajajaran untuk menyebarkan Islam dari pesisir Cirebon ke pedalaman Pasundan atau Priangan.

Dalam berdakwah, ia menganut kecenderungan Timur Tengah yang lugas. Namun ia juga mendekati rakyat dengan membangun infrastruktur berupa jalan-jalan yang menghubungkan antar wilayah.

Bersama putranya, Maulana Hasanuddin, Sunan Gunung Jati juga melakukan ekspedisi ke Banten. Penguasa setempat, Pucuk Umum, menyerahkan sukarela penguasaan wilayah Banten tersebut yang kemudian menjadi cikal bakal Kesultanan Banten.

Pada usia 89 tahun, Sunan Gunung Jati mundur dari jabatannya untuk hanya menekuni dakwah. Kekuasaan itu diserahkannya kepada Pangeran Pasarean. Pada tahun 1568 M, Sunan Gunung Jati wafat dalam usia 120 tahun, di Cirebon (dulu Carbon). Ia dimakamkan di daerah Gunung Sembung, Gunung Jati, sekitar 15 kilometer sebelum kota Cirebon dari arah barat.n





Sunan Drajat (7)
Pesantren.net : Nama kecilnya Raden Qosim. Ia anak Sunan Ampel. Dengan demikian ia bersaudara dengan Sunan Bonang. Diperkirakan Sunan Drajat yang bergelar Raden Syaifuddin ini lahir pada tahun 1470 M

Sunan Drajat mendapat tugas pertama kali dari ayahnya untuk berdakwah ke pesisir Gresik, melalui laut. Ia kemudian terdampar di Dusun

Jelog --pesisir Banjarwati atau Lamongan sekarang. Tapi setahun berikutnya Sunan Drajat berpindah 1 kilometer ke selatan dan mendirikan padepokan santri Dalem Duwur, yang kini bernama Desa Drajat, Paciran-Lamongan.

Dalam pengajaran tauhid dan akidah, Sunan Drajat mengambil cara ayahnya: langsung dan tidak banyak mendekati budaya lokal. Meskipun demikian, cara penyampaiannya mengadaptasi cara berkesenian yang dilakukan Sunan Muria. Terutama seni suluk. Maka ia menggubah sejumlah suluk, di antaranya adalah suluk petuah "berilah tongkat pada si buta/beri makan pada yang lapar/beri pakaian pada yang telanjang'.

Sunan Drajat juga dikenal sebagai seorang bersahaja yang suka menolong. Di pondok pesantrennya, ia banyak memelihara anak-anak yatim-piatu dan fakir miskin.n







Sunan Kudus (8)
Pesantren.net : Nama kecilnya Jaffar Shadiq. Ia putra pasangan Sunan Ngudung dan Syarifah (adik Sunan Bonang), anak Nyi Ageng Maloka. Disebutkan bahwa Sunan Ngudung adalah salah seorang putra Sultan di Mesir yang berkelana hingga di Jawa. Di Kesultanan Demak, ia pun diangkat menjadi Panglima Perang

Sunan Kudus banyak berguru pada Sunan Kalijaga. Kemudian ia berkelana ke berbagai daerah tandus di Jawa Tengah seperti Sragen, Simo hingga Gunung Kidul. Cara berdakwahnya pun meniru pendekatan Sunan Kalijaga: sangat toleran pada budaya setempat. Cara penyampaiannya bahkan lebih halus. Itu sebabnya para wali --yang kesulitan mencari pendakwah ke Kudus yang mayoritas masyarakatnya pemeluk teguh-menunjuknya.

Cara Sunan Kudus mendekati masyarakat Kudus adalah dengan memanfaatkan simbol-simbol Hindu dan Budha. Hal itu terlihat dari arsitektur masjid Kudus. Bentuk menara, gerbang dan pancuran/padasan wudhu yang melambangkan delapan jalan Budha. Sebuah wujud kompromi yang dilakukan Sunan Kudus.

Suatu waktu, ia memancing masyarakat untuk pergi ke masjid mendengarkan tabligh-nya. Untuk itu, ia sengaja menambatkan sapinya yang diberi nama Kebo Gumarang di halaman masjid. Orang-orang Hindu yang mengagungkan sapi, menjadi simpati. Apalagi setelah mereka mendengar penjelasan Sunan Kudus tentang surat Al Baqarah

yang berarti "sapi betina". Sampai sekarang, sebagian masyarakat tradisional Kudus, masih menolak untuk menyembelih sapi.

Sunan Kudus juga menggubah cerita-cerita ketauhidan. Kisah tersebut disusunnya secara berseri, sehingga masyarakat tertarik untuk mengikuti kelanjutannya. Sebuah pendekatan yang tampaknya mengadopsi cerita 1001 malam dari masa kekhalifahan Abbasiyah. Dengan begitulah Sunan Kudus mengikat masyarakatnya.

Bukan hanya berdakwah seperti itu yang dilakukan Sunan Kudus. Sebagaimana ayahnya, ia juga pernah menjadi Panglima Perang Kesultanan Demak. Ia ikut bertempur saat Demak, di bawah kepemimpinan Sultan Prawata, bertempur melawan Adipati Jipang, Arya Penangsang.n








Sunan Muria (9)
Pesantren.net : Ia putra Dewi Saroh --adik kandung Sunan Giri sekaligus anak Syekh Maulana Ishak, dengan Sunan Kalijaga. Nama kecilnya adalah Raden Prawoto. Nama Muria diambil dari tempat tinggal terakhirnya di lereng Gunung Muria, 18 kilometer ke utara kota Kudus

Gaya berdakwahnya banyak mengambil cara ayahnya, Sunan Kalijaga. Namun berbeda dengan sang ayah, Sunan Muria lebih suka tinggal di daerah sangat terpencil dan jauh dari pusat kota untuk menyebarkan agama Islam. Bergaul dengan rakyat jelata, sambil mengajarkan keterampilan-keterampilan bercocok tanam, berdagang dan melaut adalah kesukaannya.

Sunan Muria seringkali dijadikan pula sebagai penengah dalam konflik internal di Kesultanan Demak (1518-1530), Ia dikenal sebagai pribadi yang mampu memecahkan berbagai masalah betapapun rumitnya masalah itu. Solusi pemecahannya pun selalu dapat diterima oleh semua pihak yang berseteru. Sunan Muria berdakwah dari Jepara, Tayu, Juana hingga sekitar Kudus dan Pati. Salah satu hasil dakwahnya lewat seni adalah lagu Sinom dan Kinanti.

No comments:

Post a Comment

THE CLEAR MIRRORS
The fitrah is normally referred to as the 'mirror of fitrah'-whereby through the fitrah alone man can clearly see and believe in the existance of Allah, if he allows those inborn feelings to guide him.

RAJA-RAJA ADALAH AHLULBAIT

RAJA-RAJA ADALAH AHLULBAIT

JANGAN MAKAN IKAN KEKACANG

JANGAN MAKAN IKAN KEKACANG
Wasiat nenda YM SYED HUSSEIN JAMADILKUBRA NUSANTARA kepada anak-cucunya supaya JANGAN MAKE IKE KACENG!!
_______@@@@@@@@@@@@@@@@@________
__________&&&&&&&&&&&&&&&&&___________


YM TENGKU SRI MAHARAJA DATUK PERDANA MENTERI LONG GAFFAR KELANTAN 1756M



YM Long Gaffar adalah AHLULBAIT dari titihan bapanya keturunan Yang Mulia Wali 7. Syed Hussen JamadilKubra bin Sheikh Ahmad Jalal AlAkhbar (Kesultanan Deccan) bin Ali Zainal Abidin rd bin Isa Syakir bin Jaffar Saddiq bin Ali Zainal Abidin as bin Imam Hussein as (Karbala) bin Siti Fatimah azZahra (sydn. Ali KWJ) bin Muhammaad Rasulullah SAW bin Nabi Ismail as bin Nabi Ibrahim Al-Khalil bin Nabi Adam as. Ibunya pula dari titihan Puteri Krajaan D'Raja Champa zuriat nabi Ibrahim Al-Khalil dan Siti Qan’tura (Yunnan).

Baginda memerentah Kelantan (ketika itu dipanggil "Tanah Serendah Sekebun Bunga, Kisaran Payung, Negeri Cik Siti Wan Kembang) setelah menang perang iaitu perang Kota Kubang Labu 1 di dalam peristiwa sejarah yang terkenal iaitu ‘Tragedi Kain Cindai’.

Perang tersebut berlaku selepas raja Kota Kubang Labu yang bernama Long Pandak (dari keturunan Jembal) membunuh isterinya yang merupakan puteri Raja Legeh (Narathiwat sekarang).

PUTERI NENG MAS (Legeh)

Puteri tersebut bernama Puteri Neng Mas (Tengku tengah adik Long Deraman) adalah juga merupakan sepupu YM Long Gaffar telah dibunuh kerana dituduh bermukah dengan YM Long Gaffar, gara-gara ‘cemburu buta’ kerana Permaisuri telah memiliki "KAIN CINDAI" yang bernama "Cepa Melaka" yang dimiliki oleh YM Long Gaffar.

'KAIN CINDAI Chepa Melaka'

Sebenarnya kain cindai tersebut dipinjamkan oleh YM Long Gaffar semasa lawatannya bersama YM Long Yunus ke Kota Kubang Labu, kebetulannya pada masa kedatangan YM Long Gaffar itu, Long Pandak baru pergi berburu.

Manakala di masa itu Permaisuri terasa tertarik dengan kain Cindai ‘Chepa Melaka’ yang dibawa oleh YM Long Gaffar itu; lalu meminta untuk ditiru tenunannya. YM Long Ghaffar sedia meminjamkan kain Cindai itu kepada permaisuri sambil disaksikan oleh YM Long Yunus.

Kemudian, tanpa mengambil kembali kain Cindai tersebut, YM Long Gaffar dan YM Long Yunus pun bersepakat untuk berjalan-jalan sambil merantau sampai ke Terengganu (menunaikan amanat al-Sultan Pattani ayahandanya, supaya melihat perkembangan negeri Terengganu).

BERANGKAT KE TERENGGANU

Sesampainya di Terengganu (Besut), YM Long Gaffar dan YM Long Yunus menjadi begitu sedih, marah dan terharu apabila mendengar keluhan dan aduan rakyat tentang jajahan Besut yang telah dirampas oleh Bugis.

Yang mana sebelum ini jajahan Besut telah tergadai kepada Bugis oleh Sultan Terengganu akibat ‘Kalah dalam sayembara ‘Laga at Yang Mulia (YM) Syed Hussein JamadilKubra bin Sheikh Ahmad Jalal Al Akhbar (Deccan).
Ayam’, sedangkan negeri Terengganu itu adalah ‘HADIAH’ nendanya al Sultan Pattani kepada YM Raja Johor, sebagai tanda kekeluargaan dan kasih sayang dari titihan wali keram
Tanpa mencela dan tanpa pengetahuan Sultan Terengganu, YM Long Gaffar dan YM Long Yunus telah berpakat untuk bertanding ‘Laga Ayam’ dengan angkatan Bugis demi mengembalikan semula pengaruh dan kredibiliti Empayar ayahandanya Pattani dan Istana Terengganu itu sendiri; Dan apatah lagi baginda Long Gaffar sendiri adalah Putera Mahkota Pattani, maka layaklah beliau sendiri menyelesaikan masalah tersebut.

PENGHULU ADAS____

_Akhirnya dengan kebjiksanaan dan kepandaian senjata bapa saudara baginda, Penghulu Adas (YM Datuk Syed Kadok 1), telah menggunakan tipu-helah menggunakan ‘Lawi Ayam’ iaitu satu senjata kecil daripada BESI seperti pisau, sehingga berjaya membuat ‘ayam sabung’ angkatan Bugis kecundang walaupun kelihatan pada mulanya Ayam Sabung itu sudah hampir kalah.

Rentetan daripada kemenangan tanpa upah itu, lalu menjadi kecohlah bumi Terengganu dengan teriakan:

“Raja Long Gaffar ambil balik Besut! Raja Long Gaffar ambil balik Besut!”,

Maka sampailah berita itu kepada Sultan Terengganu, maka dijemputnya angkatan YM Long Gaffar dan YM Long Yunus bersaudara ke Istana Terengganu lalu diraikan dalam upacara yang penuh gilang-gemilang. Menurut riwayat, baginda diraikan selama tiga bulan berturut-turut di Terengganu.


UTUSAN BERKUDA

Di masa YM Long Gaffar dan angkatannya bersama Sultan Terengganu tengah bersukaria di istana, tiba-tiba datanglah ’utusan berkuda’ dari Kerajaan Reman- Pattani yang membawa perkhabaran tentang kematian Permaisuri Kelantan iaitu sepupu kepada YM Long Gaffar dan YM Long Yunus bersaudara yang dibunuh oleh Long Pandak, Sultan Kelantan di masa itu.

Maka angkatan baginda YM Long Gaffar pun bertolak dari Terengganu bersama ratusan askar dari kerajaan Istana Terengganu untuk merampas kembali ‘kedaulatan’ empayar Pattani-Kelantan yang mula diderhakai oleh Long Pandak.

Di tengah jalan, rupanya telah ada satu pasukan pembunuh khas dari sultan Long Pandak untuk menyerang hendap angkatan YM Long Gaffar di Mahligai, Pasir Putih

PENYERANG 'HENDAP_____

Alhamdulillah dengan ‘pertolongan Allah’, rencana ‘serang hendap’ oleh pasukan Long Pandak itu dapat dihidu oleh pembesar kepada Datuk Syed Kadok 1, Tok Kundor @ Pendekar Kundor (Kg. Anak Bukit, Melor, Kelantan),

Lalu Pendekar Kundor mengarahkan penduduk dan kaum-kerabatnya yang setia pada YM Raja Long Gaffar untuk menyerang hendap pula pasukan Long Pandak daripada belakang.


Lantaran itu habis mati kesemuanya pasukan ‘penyerang hendap’ tentera Long Pandak dibunuh oleh Pendekar Kundor dan penduduk Kg.Anak Bukit, Melor tanpa belas kasihan lagi.

Sesampainya angkatan YM Long Gaffar ke tempat kejadian itu, dilihat musuh-musuhnya telah menjadi mayat-mayat yang bergelimpangan tidak bernyawa lagi..

KE KOTA KUBANG LABU

Kemudian angkatan YM Long Gaffar telah bergabung dengan angkatan Pendekar kundor, Kg. Anak Bukit, Melor, menuju ke Istana Kota Kubang Labu beramai-ramai. Di masa itu hari telah pun melampaui waktu Isya’.


Sesampainya angkatan YM Raja Long Gaffar ke Istana Kota Kubang Labu adalah hampir-hampir waktu subuh;

“Ketika lena dibuai mimpi tidur, tiba-tiba Long Pandak membukakan matanya, lalu ia terdengar bunyi Ayam Jantan berkokok: “koo.. kokokoOO..”;

Dan ia melihat DUA ORANG LELAKI BERTOPENG; Lalu Long Gaffar membunuh Long Pandak dan YM Long Yunus membunuh Long Mohamaad @ Long Deraman”.


Kemudian YM Long Gaffar berkata kepada YM Long Yunus:




“Adik (adinda)! Kamu tinggal dalam istana (jadi Raja) dan biar abe (kekanda) pegang rakyat.”




lalu ia memakai gelaran Tengku Sri Maharaja Datuk Perdana Menteri Long Gaffar Kelantan iaitu yang berstatus sebagai
Yang DiPertuan Agong sekarang ini merangkap PERDANA MENTERI (dua-dua pegang kuasa eksekutif dengan kuasa rakyat)

Segala perkara-perkara KEHAKIMAN yang berkaitan dengan urusan agama Islam dan hokum ‘Hudud’ diserahkan kepada Kerajaan YM Raja Long Gaffar di Limbat; manakala YM Long Yunus menjadi Raja yang bersemayam di istana Kota Kubang Labu yang melibatkan urusan istana dan pentadbiran sosial sahaja.


Di Kota Limbat, YM Long Gaffar mula membangunkan madrasah berbentuk ala ‘pondok’ (cottage learning Centre) untuk perkembangan agama Islam dan melantik seorang ulama besar bernama TOK BARUH (Hj. Ismail, Pattani) untuk menjadi guru madrasah di situ.


Manakala baginda sendiri akan turun mengajar setiap hari Jumaat dengan memakai Topeng (ala Zorro atau di balik tabir) untuk mengajar rakyat supaya tidak dikenali.

Di zaman baginda YM Long Gaffar inilah satu peristiwa sejarah yang besar telah berlaku iaitu dengan terbitnya Kitab Munyatul’Musolli yang dikarang oleh Syeikh Daud alFatoni di Mekah, hanya dengan menggunakan jari-jarinya sahaja dalam keadaan gelap tetapi telah disinari cahaya putih yang keluar dari tangannya.


Kitab itu dikarang oleh Sheikh Daud alFatoni atas arahan YM Raja Long Gaffar Kelantan 1754M untuk memerintah di Kota Limbat.


Firman Allah:“Sesungguhnya orang-orang yang inginkan akhirat tidak akan mencari pengaruh di mukabumi” (alQuran).


DUA RAJA BERSAUDARA


Gabungan ‘dua Raja bersaudara’ yang warak, alim, bijaksana dan berani itu telah membentuk satu identiti yang unik bagi Kelantan dan tersendiri; di mana di masa pemerentahan YM Long Gaffar dan YM Long Yunus itulah, baru terlaksananya HUKUM HUDUD yang tulen dan tersebarnya dengan meluas ilmu ALQURAN (pegangan AhlulBait-quran Qadim) dan juga ilmu Kitab-Kitab Muktabar seperti AlHikam, Muhimaah, Munyatul’Musolli, Minhajul'Abidin dan Kitab Kuning Pattani selain Kitab Nur Muhamaad dan Hikayat Nabi Bercukur.


___*nota: __


_Kain Cindai ‘Chepa Melaka’ akhirnya telah dirampas penjajah pada era pasca perang dunia ke I pada (1909M) ketika era menghapuskan pengaruh dan kuasa YM Long Gaffar dalam istana oleh penjajah daripada pewaris terakhirnya Datuk Syed Kadok III iaitu Tengku Mahmud bin Tengku Hussein @ Nik Mud bin Nik Sen alKubra yang mencari perlindungan di Kg. Kadok, Ketereh.

Kg.Kadok adalah tempat berdiamnya bapa saudara YM Tengku Mahmud iaitu Datuk Syed Kadok II dan kemudiannya telah dikahwinkan dengan anak YM Datuk Syed Kadok sendiri (sepupunya) iaitu YM Syarifah Maryam @ Nik Yam dan diberi ‘hadiah’ berupa tanah seluas 14 ekar di Kg. Bandar, Pulai Chondong, 16660 Kelantan dan sebuah Kapal Laut bernama 'KAPAL SRI KELANTAN'.


MEMBUKA KAMPUNG BANDAR

Baginda kemudiannya hidup ‘zuhud’ dengan hanya dikenali sebagai ‘anak Raja T'tani pembuka Kg. Bandar’ dan guru mutlak alQuran Qadim.

Perkampungan baru itu menjadi transit utama di zaman itu kerana pengangkutan utamanya adalah sungai dan kampung itu bersebelahan dengan Sungai Kelantan.

Kampung itu dinamakan 'KAMPUNG BANDAR' kerana bermaksud Perkampungan iaitu MEKAH dan Perbandaran bermasud 'MADINAH; lalu dijadikan kampung itu dengan nama KAMPUNG BANDAR atau MEKAH-MADINAH.

Manakala, kitab syariat yang menjadi teras ajarannya adalah Tanbihul'Ghafilin, minhajul'Abidin, Munyatul'Musolli dan Ihya' Ulumiddin karangan Imam Ghazali rd.


‘NEGERI DIKERAT LINTANG’


Di zaman pemerintahan dua Raja bersaudara, YM Long Gaffar dan YM Long Yunus itulah Kelantan pula dikenali pula sebagai ‘Negeri dikerat lintang’ atau atau negeri dua pemerintahan.


Mengikut sejarah yang terdahulu, pada awalnya (1350M), Kelantan diberi nama oleh nendanya Syed Hussein JamadilKubra berdasarkan peristiwa ‘Kilatan’ atau ‘cahaya berbentuk Tudung Saji’ di Bukit Panau.

(rujuk perpustakaan Awam Kelantan dan profile M Q T K ).


Kepala AhlulBait adalah lebih mahal bagi Yahudi laknat’tullah, selain kepala Osama ben Laden!


YM Datuk Syed Kadok III


Sebenarnya zuriat terakhir YM Long Gaffar-Pattani iaitu YM Tengku Mahmud bin Tengku Hussein @ Nik Mud bin Nik Sen (Putera Mahkota Pattani yang hilang dalam sejarah) telah berhijrah ke Kelantan (Kg.Kadok) dari Pattani adalah kerana telah diburu oleh kerajaan SIAM.


Baginda Tengku Mahmud telah mendapat berita bahawa kerajaan Siam telah bernekad untuk menyerang Istana Pattani pada satu tarikh yang diketahui oleh penasihat istana Pattani seorang waliAllah yang kasyaf.

Maka baginda bersama 40 orang pengikut setianya telah melarikan diri dari istana Pattani pada waktu subuh (rujuk MQTK scribd) dan membawa bersama mereka Kitab-Kitab Muktabar Pattani seperti Kitab Kuning, Nur Muhamaad, Tanbihul'Ghafilin, alHikam, Munyatul’Musolli, Faradatul’Faraid, Minhajul’Abidin dan banyak lagi kerana di masa itu Kitab-Kitab diutamakan di istana-istana Raja kemudian baru disebarkan kepada rakyat.


Nota:

Dimasa dahulu, Kitab-Kitab Muktabar adalah amat-amat diagungkan. Sebelum disebarkan kepada rakyat, Kitab-Kitab itu akan diarak disekeliling istana dahulu. Begitulah mulianya Kitab-Kitab agama itu. Di masa itu, hanya anak-anak Raja (golongan Istana) yang pandai membaca Kitab dan tahu hukum-hukum agama.
Setelah dewasa, maka MEREKA akan sebarkan kitab-kitab itu untuk rakyat.

nota:
Kitab-Kitab Muktabar pegangan AhluilBait Pattani-Kelantan sekarang ini 100% telah pun diterjemahkan ke dalam Bahasa Malaysia dan bahasa Inggeris;


_Kitab-Kitab tersebut telah pun disahkan dengan rasminya -oleh Ybhg. Prof. Uthman Muhammaed El-Muhammady, fellow (ISTAC) dan juga selaku Penasihat Kehormat MQTK Malaysia pada Mac 2009 bersama MQTK committee meeting iaitu YM YDP MQTK Yusnaidi bin Yusoff, cikgu Arrifin bin Che Yahya (PKHEM, Sek. Men. Hamzah 1, 18500 Machang, Kelantan, dan YM Nik Mohd Kamal bin Hj. Nik Lah (ajk PKLGK) dan perjumpaan ini adalah diatur dan turut disaksikan oleh YM Wan Syamsuddin Ramli, bendahari MQTK dan YM Nik Mahadi bin Nik Hassan selaku wakil TV3 Kelantan.


TAQQIYYAH


Selain dari Kitab-Kitab Muktabar; dibawa bersama mereka juga dua biji ‘buah pinang’ untuk ditanam di tepi rumah masing-masing jika telah selamat sampai di mana-mana destinasi sebagai satu ‘tanda’ untuk dikenal akan KETURUNANNYA, kerana angkatan YM Tengku Mahmud telah berhijrah lebih awal ke Kelantan dan manakala yang lain ada yang mencari perlindungan dan menetap di Kedah, Perlis dan Terengganu.; begitu juga di Pahang dan Perak.


Melalui era Datuk Syed Kadok III inilah bermulanya kembali episode cerita menyembunyikan ‘identiti’ atau TAQQIYYAH sebagai ahlulbait dan Putera Mahkota Pattani yang hilang dalam sejarah itu.__

KESIMPULAN

Kain Cindai ‘Chepa Melaka’ adalah inti kepada perubahan sejarah negeri Kelantan. Daripada ‘Tragedi Kain Cindai’ itulah yang membawa kepada kemangkatan Permaisuri Kelantan (sepupu Long Gaffar) dan terbunuhnya Sultan Kelantan (Long Pandak dari titihan Raja Sakti- Raja Jembal) sehingga berlakulah peralihan takdir Allah sehingga terbentuknya satu institusi Kesultanan AhlulBait di bumi Kelantan;

Dan di zaman YM Long Gaffar dan YM Long Yunus, barulah ikhwan Islam dan ROH sebenar Islam di bumi berkat ini terhasil.


Malangnya akibat diratah zaman penjajahan pasca-perang Jepun-British, pengaruh AhlulBait dalam pentadbiran Istana mula dihapuskan. Sistem ‘pecah’ dan ‘perintah’ telah mencerai-beraikan Empayar Kesultanan AhlulBait Nusantara sehingga ke sekarang ini.

Begitu juga di Kelantan dan Malaysia, AhlulBait telah tersembunyi disebalik identiti 'BUMIPUTERA'; dan identiti ini perlu dipelihara dn dijaga sebagai satu Amanah Allah. Perjuangan perlu diteruskan sehingga Melayu tetap MERDEKA sehingga WAHYU ALLAH (alQuran) mengatasi segala-galanya, insyaAllah..!____

"Sultan adalah PAYUNG ALLAH di muka bumi ini, tempat bernaungnya orang-orang lemah, memberi pertolongan kepada orang-orang aniaya. Barangsiapa yang memuliakan SULTAN ALLAH di dunia ini, Allah akan memuliakannya di Hari Kiamat"______
(Hadis daripada Abu Hurairah)

Ingat! AhlulBait haram menerima sedekah dan duit zakat. Kalau mahu terima juga, tukarkan niatnya kepada HADIAH. Natijah perlanggaran akan menyebabkan ditimpa penyakit dan musibah (rujuk ulama @ Kitab Keutamaan Keluarga Rasulullah keluaran Klang Book Store).


Ingatlah! Negeri kita ini aman sentosa sedangkan di sekitarnya binasa dengan pelbagai masalah dan bencana. kerana ada zuriat nabi SAW yang menjadi payungnya,


lantaran itu telah menjadi sejarah, Tanah Melayu yang awalnya menjadi tumpuan penghijrah seperti orang Cina, India dan bangsa lain tertumpu ke negeri Tanah Melayu dan menjadilah bahasa Melayu ‘Lingua Franca’ pada dunia.sedangkan di sekitarnya binasa dengan pelbagai masalah dan bencana.


Ironinya, setelah sekian lama RAHMAT itu dijaga, adakah sekarang ini ada seiapa yang berani menderhaka kerana jahil tentang HUKUM?, Jahil tentang sejarah?

Ingatlah! Raja-Raja itu Panca Seri! Panca Seri itu adalah Daulat! Daulat itu KURNIA Allah. Buang Raja hilanglah Daulat; Apabila hilang Daulat maka Binasalah negeri. Binasa negeri hilanglah MELAYU; kerana itu ada Rajanya iaitu zuriat Yang Mulia AhlulBait Rasulullah SAW dan ingatlah akan .....


WASIAT NENDA RASULULLAH SAW:


“AhlulBait itu ibarat Bahtera Nuh di zaman Nuh. Mereka itu adalah satu-satunya SARANAN KESELAMATAN-ku di akhir zaman. Sesiapa yang menaikinya akan selamat dan sesiapa yang ketinggalan akan binasa.”


“Sesiapa yang membenci AhlulBaitku adalah membenciku; Dan sesiapa yang membenci-ku adalah menjadi Musuh Allah dan musuh Jibril”.
Dan Firman Allah:

“Adakah mereka itu dengki kepada manusia yang Kami berikan ‘rahmat? Sedangkan Kami telah memberi kepada keluarga Ibrahim (ahlulbait), Kitab dan Hikmah; dan Kami telah memberi kepada mereka itu satu KERAJAAN yang besar”.


Firman Allah:

“Sesungguhnya Kami telah melebihkan Adam, Nuh, Keluarga Ibrahim (ahlulbait) dan Keluarga Imran melebihi umatnya di zamannya” (alimran 3:33)


Kekaburan Sejarah Kelantan


Terdapat pihak yang mengatakan terdapat penyelewengan yang berkaitan dengan fakta sejarah negeri ini. Pendedahan yang telah dibuat menyebabkan ada pihak yang terasa. Penyelewengan itu dikatakan bermula dengan terbitnya buku "Ringkasan Cetera Kelantan" oleh Dato’ Perdana Menteri Nik Mahmud Bin Ismail sebelum tahun 1950-an.


Penyelewengan fakta ini dipercayai dilakukan secara terancang dan berterusan ini terbukti dengan terbitnya buku terbaru sejarah Kelantan iaitu "Iktisar Sejarah Kelantan" yang kemudiannya diiklankan di dalam majalah "Pengasuh" keluaran MAIK.


_PERANG KOTA KUBANG LABU II 1762M

Dikatakan, ramai yang tidak menyedari bahawa selepas kejatuhan "Kota Lubang Kubu" akibat Perang Kota Lubang Labu II pada tahun 1762M di antara Long Pandak yang memerintah Kota Lubang Labu dengan YM Long Gaffar (Long Gaffar merupakan Raja Muda Negeri Reman (sampai Ulu Kuala Kangsar, Perak dan juga adalah Putera Mahkota Pattani) dan bukannya anak pembesar Reman seperti yang didakwa di dalam buku di atas).


Tapi cerita sebenarnya, baginda YM Long Gaffar tidak mahu menjadi Sultan (living simply) dan mengambil jalan merantau terutamanya ke Kelantan kerana di Kelantan ada sebuah bukit yang namanya Bukit Panau atau Bukit Tunggal..


Bukit ini adalah nostalgia bagi YM Long Gaffar dan penduduk negeri Kelantan kerana daripada peristiwa nendanya Syed Hussein JamadilKubra yang melahirkan ‘KILAT’ ketika be-Ritual kerohanian (Ibadat suluk) sehingga melahirkan 'KILAT-kilat-tan' yang berbentuk ‘Tudung Saji’ sehingga terwujud nama negeri Kelantan.


Negeri ini kemudiannya telah diperintah oleh YM Long Gaffar dan keturunannya selepas peristiwa ‘Tragedi Kain Cindai’ sampai kepada era penghapusan kuasa AhlulBait di dalam pemerentahan (Istana) pada lewat pasca-perang Jepun-British.


KOTA LIMBAT

Pusat pemerintahan utama semasa pemerintahan YM Long Gaffar di Negeri ini ialah di Kota Limbat, Peringat dan pada masa yang sama seorang tokoh iaitu YM Long Yunus (anak Long Sulaiman) yang merupakan saudara SEPUPU kepada YM Long Gaffar yang dianggap sebagai adik oleh baginda YM Long Gaffar, manakala YM Long Gaffar juga dianggap ‘GURU’ oleh YM Long Yunus kerana mengajarkan ilmu alQuran Qadim kepadanya. Lalu YM Long Yunus telah diberikan kuasa memerintah oleh YM Long Gaffar dari kawasan Pasir Tumbuh hingga ke Padang Garung, dan seterusnya hingga ke Kuala Kemasin dan di sebelah Baratnya hingga ke Bukit Tanjung (Narathiwat).


Walau bagaimanapun, segala keputusan dan kuasa sebenar berkaitan pentadbiran dan kes-kes jenayah ‘HUDUD’ adalah terletak di bawah bidang kuasa Baginda Long Gaffar di kota Limbat.


Pada zaman baginda YM Long Gaffarlah ‘hukum Hudud’ yang pertama telah dilaksanakan dengan sempurnanya. Di zaman beliaulah segala kitab-kitab muktabar pegangan AhlulBait Rasulullah dapat diterjemahkan ke bahasa Melayu (Jawi) dan segala hal ehwal Islam dapat dilaksanakan. Realiti daripoada itiu, akhirnya bumi Kelantan menjadi makmur dan berkat sehinggalah sampai pada era penjajahan.


Dua pemerentahan antara Kerajaan di Limbat dengan Istana Kota Kubang Labu, menyebabkan Kelantan dikenali dengan nama ‘Negeri Yang Di-kerat Lintang’ atau Kelantan iaitu antara Raja yang memerintah iaitu baginda YM Long Gaffar yang berpusat di Kota Limbat dengan Long Yunus dan sempadannya ialah Pasir Tumbuh.

PENYELEWENGAN FAKTA SEJARAH

Fakta tersebut dikatakan cuba diselewengkan oleh pihak-pihak tertentu di Kelantan dengan memutarbelitkan peristiwa (menyatakan YM Long Yunus yang beri kuasa kepada Long Gaffar) bertujuan bagi memperkecilkan dan seterusnya menghapuskan peranan YM Long Gaffar dalam lipatan sejarah Kelantan sedangkan dalam perang tersebut, YM Long Gaffar telah Berjaya membunuh Sultan Kelantan iaitu Long Pandak, manakala Long Yunus pula membunuh Long Deraman (bapa saudara Sultan).


Semasa pemerintahan baginda YM Long Gaffar dan keturunannyalah, telah terlaksana Hukum Hudud yang pertama di Kelantan. Di antara tokoh yang terlibat dan menjadi tempat rujukan dan nasihat bagi perlaksanaan hukuman ini ialah Haji Nik Ismail Limbat (Tok Baruh) yang merupakan keturunanan Raja Jambu Patani yang asal.

Keturunannya kemudian mengasaskan pondok Bukit Abal dan salah seorang dari keturunannya muncul sebagai tokoh agama yang terkenal iaitu Tuan Guru Haji Daud Bukit Abal.


PEMBERONTAKAN TOK JANGGUT 1915M

Pemerintahan keturunan YM Long Gaffar di Kelantan berakhir selepas peristiwa ‘pemberontakan Tok Janggut’ pada tahun 1915M iaitu semasa pemerintahan Tengku Besar Jeram iaitu Tengku Besar Tuan Ahmad yang memerintah di Jeram, Pasir Puteh.Peristiwa yang membawa kepada kejatuhan pemerintahan keturunan YM Long Gaffar ini berpunca dari keengganan mengiktiraf pengaruh Inggeris dan Siam ke atas negeri Kelantan.

Akibat mainan politik penjajah Inggeris dan Siam, para keturunan YM Long Yunus kemudiannya diiktiraf sebagai pemerintah Kelantan dan menggugurkan ketuanan YM Long Gaffar dan keturunannya.


Buku sebenar yang dipercayai mempunyai Sejarah Kelantan ini ditulis menggunakan tulisan Jawi Lama dikatakan ada tujuh naskhah. Buku ini dipercayai ditulis oleh penulis DiRaja pada zaman pemerintahan Baginda YM Long Gaffar bagi menceritakan tentang salasilah keturunan Raja-Raja yang berasal dari Pagar Ruyung bukit Si Guntang dan kebesaran kerajaan baginda Pattani.

_____Berikut adalah maklumat terakhir tentang buku-buku berkenaan:-


() Sila rujuk Perpustakaan Awam Kelantan.


() M Q T K/PKLGK/PKDSKK/PKSHJKN


_____@@@@@@@@@@@@@@@@@@@______

Keluarga Kawe..

Keluarga Kawe..
Keluarga YM Datuk Syed Kadok V, Kg.Bandar, Machang, Kelantan.

Kitab-Kitab Rujukan Ahlulbait

  • ALQURAN TAFSIR,
  • Muhimaah, Untaian Kisah Wali-Wali Allah, AlHikam, Futul Ghaib, Bidayatul Hidayah